Pengalaman Seleksi Studi Doktor di Universitas Indonesia


Dalam tulisan kali ini saya akan membagikan pengalaman saya mengikuti seleksi studi lanjut jenjang doktor.

Mengapa meneruskan studi ke jenjang yang lebih tinggi ?

Ada beberapa alasan seseorang memilih melakukan studi pasca sarjana, termasuk studi doktor, diantaranya:

  1. Tuntutan pekerjaan dan karir. Misalnya seseorang yang melakukan studi lanjut karena ingin meningkatkan posisinya di dalam perusahaan, atau profesi dosen yang mengharuskan jenjang pendidikan S3/ Doktor.
  2. Pendalaman keilmuan dan peningkatan kompetensi. Dengan melakukan studi lanjut, seseorang dapat meningkatkan keilmuan dan kompetensinya. Peningkatan keilmuan dan kompetensi ini tentu saja akan membuat seseorang menjadi lebih baik di bidangnya, serta dapat menjadi lebih bermanfaat bagi sesama.
  3. Semangat untuk selalu belajar. Beberapa orang meneruskan studi lanjut karena mereka percaya bahwa hal tersebut adalah salah satu langkah konkret dalam menerapkan semangat ‘mencari ilmu selama hayat masih dikandung badan’ dan ‘kecintaan terhadap ilmu’.
  4. Kombinasi dari ketiga alasan di atas.

Langkah-langkah yang harus disiapkan dalam studi lanjut doktor

  1. Tentukan bidang yang akan diperdalam

Studi doktor terkait dengan pemilihan bidang yang spesifik. Tentukan bidang yang akan anda perdalam. Kadangkala pemilihan bidang ini sangat tergantung pada minat dan kecintaan seseorang terhadap bidang ilmu tertentu. Tidak harus kita memilih bidang keilmuan yang sedang ‘naik daun’ atau menjadi ‘trend’. Semua bidang keilmuan tentu saja bermanfaat dan berkontribusi bagi kehidupan umat manusia. Pun, semua bidang keilmuan juga memiliki ‘trend’ nya. Saya pribadi meminati bidang yang terkait dengan Product Development dan Innovation. Itulah bidang yang saya cintai.

  1. Temukan ahli di bidang yang anda minati tersebut, ajukan sebagai promotor

Tentu saja sudah ada ahli di bidang keilmuan yang kita minati. Nah, selanjutnya kita temukan ahli tersebut. Terkait studi doktor, adalah penting untuk kita mendapatkan promotor yang sesuai dengan bidang yang akan kita tekuni.

Menemukan ahli di bidang ilmu dapat dilakukan melalui referensi dari kolega peneliti/ dosen (biasanya yang lebih senior), dari hasil publikasi, dari profil peneliti (dapat ditemukan di website perguruan tinggi, google scholar, linkedin, researchgate, dll). Selanjutnya jalinlah komunikasi dengan promotor, usulkan ide awal riset yang menjadi minat kita. Chemistry antara promotor dan student merupakan hal yang penting. Saya melakukan ini dengan menghubungi calon promotor melalui e-mail, dan menyampaikan ketertarikan saya terhadap bidang yang beliau geluti, termasuk menyampaikan harapan agar beliau bersedia menjadi promotor saya. E-mail tersebut dibalas beliau dengan meminta saya menuliskan research expose. Setelah saya sampaikan research expose, beliau menyatakan bersedia menjadi promotor saya pada e-mail balasannya. Legaa…. 😀

  1. Ikuti proses seleksi/ intake studi lanjut di Perguruan Tinggi yang dituju

Setelah mendapatkan persetujuan dari promotor, langkah selanjutnya adalah mengikuti seleski/ intake yang diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi yang dituju. Nah disini saya akan ceritakan tahapan seleksi studi lanjut doktor di Universitas Indonesia, kampus tempat saya melakukan studi lanjut.

Tahap 1: Pendaftaran Seleksi

Tahap pertama adalah melakukan pendaftaran untuk mengkuti seleksi. Jangan lupa untuk sebelumnya mencari informasi mengenai periode pendaftaran dan timeline seleksi. Di Universitas Indonesia, pendaftaran dilakukan melalui website penerimaan.ui.ac.id. Langkah pertama adalah membuat account, kemudian ikuti langkah-langkah pendaftaran yang ada di website tersebut. Perhatikan timeline penerimaan.

Gambar 1. Tampilan website pendaftaran seleksi mahasiswa baru Universitas Indonesia

Tahap 2: Seleksi

Untuk studi doctoral di Teknik Industri Universitas Indonesia, ada 2 test yang harus diikuti, yaitu (1) TPA dan TOEFL (2) Wawancara.

*Seleksi TPA dan TOEFL

Persiapan yang saya lakukan untuk menghadapi test ini adalah berlatih. Untuk TOEFL, saya pribadi rasanya cukup percaya diri, sehingga saya lebih banyak fokus ke TPA. Saya berlatih dari beberapa bank soal di internet serta dari aplikasi TPA di Google Play Store. Tips untuk pengerjaan tes tertulis semacam ini adalah: istirahat yang cukup, sarapan pagi, bawa perlengkapan (kartu peserta, KTP, dll.) dan alat tulis sesuai dengan yang diinformasikan, ikuti aturan dari penyelenggara, kerjakan dengan tenang dan terakhir….. take it easy karena sejatinya soal-soal ini dirancang bukan untuk dijawab semua dengan sempurna.

*Seleksi Wawancara

Sekitar dua minggu setelah test TPA dan TOEFL, saya mendapat telepon untuk mengikuti tahap selanjutnya, yaitu wawancara. Untuk wawancara ini peserta diminta menyiapkan proposal riset dan proposal tersebut akan dipresentasikan saat wawancara. Sebelum wawancara, rasanya saya sangat gugup, apalagi setelah mengetahui bahwa interviewernya berjumlah 5 orang. Memasuki ruangan wawancara, saya siapkan presentasi saya, saat presentasi sedikit demi sedikit kegugupan saya mulaih berkurang… mungkin ada benarnya juga istilah ‘let it flow’ saja. Selanjutnya dilakukan tanya jawab, seputar rencana riset dan rencana manajemen aktifitas termauk pembagian waktu antara pekerjaan, studi, keluarga, dan lain-lain.

Gambar 2. Salah satu slide presentasi saya

Saran saya, saat wawancara sampaikan dengan jujur mengenai kondisi kita, ataupun keterbatasan pengetahuan yang kita miliki. Tidak ada yang perlu dilebih-lebihkan… kemudian, tunjukkan antusiasme kita (ya iyalah, kalau tidak antusias untuk apa juga bersusah payah mengikuti proses sampai sejauh ini… hehe). Interviewer akan melihat sejauh mana kesiapan kita untuk memasuki jenjang pendidikan doktor.

Tahap 3: Pengumuman  dan Registrasi

Setelah wawancara, tinggal menunggu pengumuman hasil seleksi. Jarak antara wawancara dengan pengumuman adalah 2 minggu…. namun entah mengapa saya merasa itu waktu yang lamaaaa sekali, hahaha…

Akhirnya hari yang dinanti pun tiba…. dan…..

Alhamdulillah, hasilnya sesuai dengan yang diharapkan…. Rasanya senang, namun sedikit mulai ada tanda tanya mengenai seperti apa studi yang akan saya jalani nanti…

Oh iya, bersama dengan pengumuman kelulusan, diinformasikan juga mengenai teknis registrasi, jangan lupa perhatikan tanggal penting dan dokumen administratif yang perlu disiapkan.

 

Demikian pengelaman saya mengikuti seleksi studi doktor. Sekarang saya harus menyiapkan diri untuk menempuh hidup baru…. Sebagai mahasiswa S3. Doakan saya, yaa….

 

*Depok, September 2018

 

 

 

 


7 responses to “Pengalaman Seleksi Studi Doktor di Universitas Indonesia”

  1. Salam mas iqbal..
    Saya ingin lanjut S3 di UI, tp saya tidak punya kenalan di prodi yang ingin saya tuju di UI karna jenjang pendidikan S1 dan S2 saya tdk di UI. Promotor S3 apakah harus dari UI sendiri atau kampus lain?

    • Halo Nando,

      Kebetulan untuk jenjang pendidikan S1 dan S2 saya juga tidak di UI. Saran saya, coba cari tahu profil dari calon promotor yang terkait bidang yang Anda minati; kemudian coba jalin komunikasi. e-mail formal adalah satu cara awal komunikasi yang baik. Pertemuan di forum ilmiah (misalnya seminar atau conference ilmiah) juga dapat menjadi satu cara untuk berkomunikasi dengan calon promotor kita. *tentu kita harus mencari tahu informasi mengenai kehadiran calon promotor di forum tersebut.

      Adapun untuk promotor, jika kita melanjutkan studi doktor di satu institusi tentu saja harus ada promotor (atau co-promotor) yang berasal dari institusi tersebut. Namun, untuk co-promotor (atau promotor) dapat saja berasal dari Prodi yang berbeda, atau bahkan Universitas yang berbeda. Setiap institusi memiliki skema untuk hal ini. Informasi ini sebaiknya dicari tahu ke Prodi yang kita tuju.

      Semoga sukses, ya…

      -Iqbal-

    • Halo Mulki,

      Terimakasih ya… Untuk biaya kuliah secara umum ada 2 jenis funding; yaitu beasiswa dan dana pribadi.
      Saya sendiri saat ini memperoleh dukungan dari kampus ( https://telkomuniversity.ac.id/ ), dengan status Tugas Belajar. Ke depannya saya berencana akan mencari beberapa funding eksternal yang dapat menunjang studi S3. Sebagai tambahan informasi, funding tidak hanya terkait biaya kuliah; namun kita juga dapat memanfaatkannya (ada beberapa skema), untuk menunjang proses riset kita.

      Demikian, semoga membantu.
      -Iqbal-

    • Dear Wati,

      Prinsipnya LoA menyatakan bahwa Kandidat telah diterima di Perguruan Tinggi yang dituju. Untuk dukungan pembuatan LoA, sebaiknya menghubungi langsung ke Prodi yang kita tuju, agar dapat memperoleh support yang diperlukan.

      Adapun untuk registrasi, terdapat 2 skema, apakah (1) melalui beasiswa (yang direct bekerjasama dengan Lembaga UI, jadi nanti administratif akan bersifat lembaga ke lembaga) atau (2) biaya mandiri. Informasi Teknis seperti ini perlu dipastikan ke bagian penerimaan mahasiswa baru dan/ atau Prodi yang dituju.

      Demikian, semoga sukses ya…

      -iqbal-

Leave a Reply